MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAS PADA TANAMAN PADI
Sumber Gambar: Dokumentasi BPP
PENDAHULUAN
Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan produksi pada pertanaman padi gogo dan sekarang sudah menjadi kendala serius pada padi sawah. Penyakit blas akhir-akhir ini juga dilaporkan menginfeksi varietas-varietas unggul baru menjelang panen dan berpotensi secara nyata menurunkan hasil padi dalam skala nasional. Penyakit ini menginfeksi pada semua stadia pertumbuhan tanaman yaitu daun, buku, kelopak daun, leher malai dan gabah. Kehilangan hasil akibat penyakit ini mencapai 70%, bahkan gagal panen.
PERKEMBANGAN PENYAKIT BLAS
• Inang utama penyakit blas adalah padi, sedangkan inang alternatifnya adalah rerumputan dan jagung untuk mempertahankan hidupnya. Miselia patogen tersebut dapat bertahan selama setahun pada jerami sisa-sisa panen.
• Pada temperatur 24°C - 28°C an kelembaban 90 % adalah kondisi optimum untuk berkembangnya penyakit blas.
• Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
• Penanaman dengan jarak tanam yang rapat serta pemupukan nitrogen yang tinggi tanpa menggunakan kalium menciptakan iklim yang kondusif untuk berkembangnya penyakit blas pada leher malai
• Banyak embun pada saat awal berbunga, baik malam, pagi, dan siang hari sangat berpotensi berkembangnya blas leher.
GEJALA PENYAKIT BLAS
• Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai dan gabah, tetapi umumnya adalah pada daun dan leher malai.
• Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.
• Gejala pada leher malai adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.
• Serangan pada daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif yang menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga.
• Serangan pada leher malai dapat menurunkan hasil sampai 70 % karena leher malai busuk dan patah sehingga pengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa.
STRATEGI PENGENDALIAN
Dengan memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit blas memberi petunjuk untuk melakukan langkah-langkah yang tepat cara pengendaliannya.
A. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
Penanaman Benih Sehat
• Pengendalian penyakit blas lebih efektif apabila dilakukan sedini mugkin. Mengingat penyakit blas dapat tertular melalui benih, maka benih yang terinfeksi tidak dianjurkan untuk ditanam.
• Untuk mencegah penularan melalui benih, sebelum benih disemai perlu dilakukan pengobatan dengan fungisida sistemik seperti fungisidaTrycyclazole dengan dosis 3 – 5 gr/kg benih, dilakukan dengan cara perendaman atau pelapisan benih.
• Dengan cara perendaman, benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam dan diaduk merata setiap 6 jam sekali. Perbandingan benih dengan air 1 : 2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida. Kemudian benih dianginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai benih tersebut siap disemai.
• Selain dengan perendaman, cara yang lebih efektif dapat dilakukan dengan cara pelapisa, yaitu pertama-tama benih dibasahi dengan cara direndam dalam air beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis 3 – 5 gr/kg benih dikocok sampai merata, lalu dikeringanginkan, selanjutnya siap disemai.
Cara Tanam
• Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau dengan system tanam jejer legowo dan pengairan berselang dapat menekan perkembangan penyakit blas.
• Pertanaman yang terlalu rapat menciptakan suhu, kelembaban dan aerasi yang menguntungkan bagi perkembangan penyakit blas.
• Pertanaman yang rapat akan mempermudah terjadinya infeksi dan penularan melalui gesekan antar daun.
Pemupukan
• Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit blas.
• Sebaliknya dengan pupuk kalium menjadikan tanaman lebih tahan terhadap penyakit blas.
• Penggunaan pupuk nitrogen, phospat dan kalium secara berimbang atau sesuai kebutuhan tanaman, tanaman menjadi sehat, sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produktivitas yang tinggi.
• Oleh karenanya pemupukan N (Urea) dianjurkan dengan indikator bagan warna daun (BWD), P (SP-36) dan K (KCl) berdasarkan status hara tanah dengan meng gunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS).
B. PENANAMAN VARIETAS TAHAN
• Penggunaan varietas tahan merupakan cara yang efektif, murah dan ramah lingkungan untuk mengendalikan penyakit blas.
• Varietas padi yang tahan terhadap penyakit blas antara lain Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, Inpago 8, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 7.
• Akan tetapi tidak dianjurkan menanam varietas tahan penyakit secara terus menerus sepanjang tahun, maka harus dilakukan bergiliran varietas, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras blas yang baru yang dapat mematahkan ketahanan varietas padi.
C. PENGGUNAAN FUNGISIDA
• Perlakuan benih dengan fungisida sistemik mampu melindungi bibit dari serangan penyakit blas sampai pada umur 30 hari setelah tanam, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan.
• Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga.
• Beberapa fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit blas, disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Fungisida untuk mengendalikan penyakit blas.
Nama Bahan Aktif Nama Dagang Dosis/Ha Volume Semprot/Ha
Isoprotiolane Fujiwan 400 EC 1 liter 400-500 liter
Trisiklazol Dennis 75 WP, BLASt 200 SC, Filia 525 SE 1 liter/kg 400-500 liter
Kasugamycin Kasumiron 25 WP 1 kg 400-500 liter
Thiophanatemethyl Topsin 70 WP 1 kg 400-500 liter
Difenocona zol Scor 250 EC 0,5 liter 400-500 liter
Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan produksi pada pertanaman padi gogo dan sekarang sudah menjadi kendala serius pada padi sawah. Penyakit blas akhir-akhir ini juga dilaporkan menginfeksi varietas-varietas unggul baru menjelang panen dan berpotensi secara nyata menurunkan hasil padi dalam skala nasional. Penyakit ini menginfeksi pada semua stadia pertumbuhan tanaman yaitu daun, buku, kelopak daun, leher malai dan gabah. Kehilangan hasil akibat penyakit ini mencapai 70%, bahkan gagal panen.
PERKEMBANGAN PENYAKIT BLAS
• Inang utama penyakit blas adalah padi, sedangkan inang alternatifnya adalah rerumputan dan jagung untuk mempertahankan hidupnya. Miselia patogen tersebut dapat bertahan selama setahun pada jerami sisa-sisa panen.
• Pada temperatur 24°C - 28°C an kelembaban 90 % adalah kondisi optimum untuk berkembangnya penyakit blas.
• Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
• Penanaman dengan jarak tanam yang rapat serta pemupukan nitrogen yang tinggi tanpa menggunakan kalium menciptakan iklim yang kondusif untuk berkembangnya penyakit blas pada leher malai
• Banyak embun pada saat awal berbunga, baik malam, pagi, dan siang hari sangat berpotensi berkembangnya blas leher.
GEJALA PENYAKIT BLAS
• Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai dan gabah, tetapi umumnya adalah pada daun dan leher malai.
• Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.
• Gejala pada leher malai adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.
• Serangan pada daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif yang menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga.
• Serangan pada leher malai dapat menurunkan hasil sampai 70 % karena leher malai busuk dan patah sehingga pengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa.
STRATEGI PENGENDALIAN
Dengan memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit blas memberi petunjuk untuk melakukan langkah-langkah yang tepat cara pengendaliannya.
A. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
Penanaman Benih Sehat
• Pengendalian penyakit blas lebih efektif apabila dilakukan sedini mugkin. Mengingat penyakit blas dapat tertular melalui benih, maka benih yang terinfeksi tidak dianjurkan untuk ditanam.
• Untuk mencegah penularan melalui benih, sebelum benih disemai perlu dilakukan pengobatan dengan fungisida sistemik seperti fungisidaTrycyclazole dengan dosis 3 – 5 gr/kg benih, dilakukan dengan cara perendaman atau pelapisan benih.
• Dengan cara perendaman, benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam dan diaduk merata setiap 6 jam sekali. Perbandingan benih dengan air 1 : 2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida. Kemudian benih dianginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai benih tersebut siap disemai.
• Selain dengan perendaman, cara yang lebih efektif dapat dilakukan dengan cara pelapisa, yaitu pertama-tama benih dibasahi dengan cara direndam dalam air beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis 3 – 5 gr/kg benih dikocok sampai merata, lalu dikeringanginkan, selanjutnya siap disemai.
Cara Tanam
• Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau dengan system tanam jejer legowo dan pengairan berselang dapat menekan perkembangan penyakit blas.
• Pertanaman yang terlalu rapat menciptakan suhu, kelembaban dan aerasi yang menguntungkan bagi perkembangan penyakit blas.
• Pertanaman yang rapat akan mempermudah terjadinya infeksi dan penularan melalui gesekan antar daun.
Pemupukan
• Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit blas.
• Sebaliknya dengan pupuk kalium menjadikan tanaman lebih tahan terhadap penyakit blas.
• Penggunaan pupuk nitrogen, phospat dan kalium secara berimbang atau sesuai kebutuhan tanaman, tanaman menjadi sehat, sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produktivitas yang tinggi.
• Oleh karenanya pemupukan N (Urea) dianjurkan dengan indikator bagan warna daun (BWD), P (SP-36) dan K (KCl) berdasarkan status hara tanah dengan meng gunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS).
B. PENANAMAN VARIETAS TAHAN
• Penggunaan varietas tahan merupakan cara yang efektif, murah dan ramah lingkungan untuk mengendalikan penyakit blas.
• Varietas padi yang tahan terhadap penyakit blas antara lain Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, Inpago 8, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 7.
• Akan tetapi tidak dianjurkan menanam varietas tahan penyakit secara terus menerus sepanjang tahun, maka harus dilakukan bergiliran varietas, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras blas yang baru yang dapat mematahkan ketahanan varietas padi.
C. PENGGUNAAN FUNGISIDA
• Perlakuan benih dengan fungisida sistemik mampu melindungi bibit dari serangan penyakit blas sampai pada umur 30 hari setelah tanam, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan.
• Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga.
• Beberapa fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit blas, disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Fungisida untuk mengendalikan penyakit blas.
Nama Bahan Aktif Nama Dagang Dosis/Ha Volume Semprot/Ha
Isoprotiolane Fujiwan 400 EC 1 liter 400-500 liter
Trisiklazol Dennis 75 WP, BLASt 200 SC, Filia 525 SE 1 liter/kg 400-500 liter
Kasugamycin Kasumiron 25 WP 1 kg 400-500 liter
Thiophanatemethyl Topsin 70 WP 1 kg 400-500 liter
Difenocona zol Scor 250 EC 0,5 liter 400-500 liter
D. PENCEGAHAN
• Sanitasi Lingkungan.
Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa-sisa tanaman, maka dianjurkan untuk melaksanakan sanitasi lingkungan dan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang menjadi inang dan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi.
• Penggunaan Jerami Sebagai Kompos.
Jamur P. grisea dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman padi atau jerami dan benih/gabah dari pertanaman sebelumnya, sehingga sumber penyakit selalu tersedia dari musim ke musim. Penggunaan jerami sebagai kompos atau pembernaman jerami kedalam tanah dapat menyebabkan miselia dan spora mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi.
• Sanitasi Lingkungan.
Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa-sisa tanaman, maka dianjurkan untuk melaksanakan sanitasi lingkungan dan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang menjadi inang dan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi.
• Penggunaan Jerami Sebagai Kompos.
Jamur P. grisea dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman padi atau jerami dan benih/gabah dari pertanaman sebelumnya, sehingga sumber penyakit selalu tersedia dari musim ke musim. Penggunaan jerami sebagai kompos atau pembernaman jerami kedalam tanah dapat menyebabkan miselia dan spora mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar