PASCAPANEN KEDELAI
Sumber Gambar: BPTP Lampung
Komoditi Kedelai berperan penting dalam meningkatkan gizi masyarakat, memiliki nilai nutrisi yang tinggi baik sebagai sumber protein dan lemak nabati serta mengandung vitamin B. Oleh karena itu kedelai banyak dimanfaatkan dan diminati sebagai bahan pangan yang dapat dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan pakan dan bahan baku industri olahan.
Pada saat ini pengelolaan penanganan pascapanen kedelai belum banyak mendapat perhatian, sehingga susut hasil karena susut tercecer masih relatif tinggi. Susut hasil dapat berupa susut massa (susut bobot) maupun susut nilai (susut mutu). Susut bobot merupakan susut hasil yang terjadi akibat tertinggal di lahan waktu panen, tercecer selama pengangkutan, pengeringan, perontokan dan penyimpanan. Sedangkan susut mutu adalah susut nilai akibat kerusakan biomassa hasil pertanian, hal ini dapat disebabkan salah satu diantaranya oleh pemanenan yang tidak tepat waktu.
Pengelolaan penanganan pascapanen kedelai adalah untuk menurunkan susut hasil pada semua tahap proses kegiatan pengelolaan penanganan pascapanen dan menjaga kualitas atau mutu kedelai agar mutu kedelai dapat dipertahankan, sehingga mendapatkan harga jual kedelai dan daya saing yang tinggi.
Penanganan pascapanen kedelai meliputi serangkaian kegiatan yaitu penentuan saat panen, panen, pengeringan, perontokan, pembersihan biji dan penyimpanan biji kedelai.
Panen
Panen merupakan proses yang paling penting dari seluruh rangkaian pengelolaan penanganan pascapanen kedelai, karena akan menentukan kualitas/mutu dan kuantitas/jumlah hasil panen kedelai yang diperoleh.
Penentuan Saat Panen
Panen kedelai hendaknya dilakukan pada saat umur fisiologi maksimal, umur panen yang optimal akan menghasilkan jumlah dan mutu produksi yang cukup tinggi. Penentuan saat panen merupakan tahap awal penanganan pascapanen yang bertujuan untuk menetapkan saat panen kedelai yang tepat. Penentuan saat panen kedelai dapat dilakukan berdasarkan:
a. Deskripsi varietas kedelai,
b. Kenampakan fisik.
Umur panen dapat dilihat secara visual yang ditandai dengan:
1. Daun berwarna kuning dan rontok
2. Sekurang - kurangnya 95 % polong pada batang utama telah berwarna kuning kecoklatan (warna polong masak)
3. Batang sudah kering
4. Kadar air di bawah 25%, dan
5. Kulit polong mudah dikupas.
c. Kadar air.
Pemanenan kedelai dapat dilakukan pada kadar air rendah (17-20%) dan kadar air tinggi (30-40%) yang dapat diukur dengan alat ukur kadar air (moisture tester).
Pemanenan
Pemanenan kedelai dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :
1. Pemanenan menggunakan sabit biasa atau sabit bergerigi. Panen menggunakan sabit dilakukan dengan memotong pangkal batang dan membiarkan akar tertinggal dalam tanah. Pemanenan kedelai dengan memotong pangkal batang dan membiarkan akar tertinggal di lahan (tanah) dapat meningkatkan kesuburan tanah karena Rhizobium tetap tertinggal dalam tanah.
2. Mencabut tanaman (branjangan): Pemanenan kedelai dengan cara dicabut bersama akar tidak disarankan untuk dilakukan, karena akan mengurangi kesuburan tanah serta menambah kotoran pada biji kedelai.
Pengeringan
Pengeringan kedelai bertujuan mengeringkan polong dan mengurangi kandungan air dalam biji melalui proses penguapan air biji kedelai. Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan sinar matahari dan menggunakan mesin pengering. Pengeringan kedelai yang umum dilakukan petani yaitu dengan pengeringan secara alami.
Apabila pemanenan kedelai dilakukan pada kadar air rendah proses penjemuran berlangsung selama 4-6 jam. Sedangkan apabila pemanenan dilakukan pada kadar air tinggi pengeringan dilakukan di ladang selama 1-2 hari sampai kadar air mencapai 25-30%, kemudian diangkut ke rumah petani. Selanjutnya pengeringan di pekarangan petani/kelompok tani selama 2-3 hari sehingga kadar air mencapai 15-17%.
Pengeringan Brangkasan
Tujuan pengeringan brangkasan kedelai adalah untuk mengeringkan polong agar mudah untuk merontokkan bulir kedelai dari dalam polongnya. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara menjemur di sinar matahari atau dapat juga menggunakan mesin pengering(dryer).
Pengeringan Biji Kedelai
Kadar air biji kedelai (17 – 20 %) hasil perontokan masih perlu dikeringkan sampai kadar air aman (13 – 14 %). Pengeringan biji kedelai dilakukan dengan penjemuran di atas lantai jemur maupun mesin pengering(dryer).
Perontokan Kedelai
Perontokan bertujuan melepas biji kedelai dari kulit polongnya. Brangkasan kedelai hasil penjemuran (kadar air 15-17%) biasanya ditumpuk/ditunda selama 3-7 hari di beranda rumah sebelum dilakukan perontokan. Tujuan penundaan (tempering time) adalah untuk menyeragamkan kadar air dan warna biji kedelai. Meskipun demikian dalam musim hujan penundaan yang terlalu lama dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur dan turunnya mutu kedelai.
Perontokan kedelai dapat dilakukan secara manual dengan peralatan sederhana yaitu tongkat pemukul, pedal thresher atau menggunakan mesin perontok.
Perontokan dengan tongkat pemukul
Tongkat pemukul merupakan alat yang terbuat dari:
a. Cabang pohon sepanjang 2,25 m dengan ujung yang lentur dan dengan atau tanpa lilitan karet bekas ban dalam sepeda sepanjang 40 cm;
b. Rotan sepanjang 2 m dengan ujung dilapisi kayu berukuran 40 cm x 5 cm x 2 cm. Bagian ujung membentuk sudut sekitar 30 derajat akibat sering dipukulkan.
Perontokan dengan pedal thresher
Pedal thresher merupakan alat perontok kedelai dengan konstruksi sederhana dan digerakkan dengan menggunakan tenaga manusia atau tenaga mesin. Kelebihan alat ini dibandingkan dengan tongkat pemukul adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah dioperasikan dan mengurangi susut hasil. Kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam.
Perontokan dengan mesin perontok (Power Thresher)
Mesin perontok merupakan alat perontok kedelai yang digerakkan dengan tenaga mesin. Brangkasan kedelai yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah. Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat bekerja dengan baik.
Perontokan dengan mesin perontok dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Letakkan mesin perontok di muka tumpukan kedelai yang akan diumpankan
b. Pasang tenda plastik di ketiga sisi lain sampai pada ketinggian 2 m. Alas plastik perlu dihamparkan untuk mengumpulkan hasil.
c. Hidupkan motor
d. Lakukan pengumpanan setelah motor dan silinder perontok berputar dengan teratur.
e. Pengumpanan dilakukan oleh 2 orang yang berdiri di muka mesin perontok. Pengumpan yang di kiri bertugas memindahkan bahan dari tumpukan kedelai ke papan pengumpan, sedangkan pengumpan yang di kanan bertugas mengambil kedelai dari papan pengumpan dan melemparkan ke dalam mulut mesin perontok.
f. Besar umpan kira-kira sebesar genggaman tangan. Umpan yang terlalu banyak menyebabkan kemacetan dalam silinder perontok berhenti berputar.
g. Apabila terjadi kemacetan, motor harus segera dimatikan. Penutup silinder dibuka. Batang-batang kedelai diambil sampai bersih. Kemudian, motor dihidupkan lagi.
Pembersihan Biji
Pembersihan biji kedelai setelah perontokan sangatlah penting, sehingga kotoran, biji rusak akibat luka, biji gepeng, atau terlalu kecil dapat disingkirkan. Biji yang berukuran kecil umumnya berasal dari bagian batang yang tingkat perkembangan dan kematangannya kurang sempurna. Dengan melakukan pembersihan yang tepat maka akan diperoleh biji kedelai yang baik. Alat pembersih yang umumnya digunakan adalah tampah, kipas/blower sederhana, dan mesin pembersih (winower)
Penyimpanan Biji Kedelai
Kadar air awal dan bahan kemasan merupakan kombinasi yang baik dalam mempertahankan kadar air dan memperkecil tingkat kerusakan biji selama penyimpanan. Biji kedelai untuk keperluan benih dapat dikemas kedalam kantong plastik kemudian dibungkus ulang dengan karung plastik/goni. Pada kadar air awal 7 - 8% maka dalam penyimpanan selama + 5 bulan tidak mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang berarti, apabila dibandingkan dengan cara penyimpanan yang dimasukkan kedalam karung goni. Disamping itu, benih kedelai yang disimpan pada kadar air biji 9 - 12 % mengalami laju kerusakan lebih kecil dibandingkan dengan yang disimpan pada kadar air awal 16%.
Penanganan pascapanen kedelai meliputi serangkaian kegiatan yaitu panen, pengeringan, perontokan, pembersihan biji, dan penyimpanan biji kedelai. Penanganan pascapanen kedelai yang baik mutlak diperlukan agar dapat dihasilkan biji kedelai yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan. Pada prinsipnya, penanganan panen dan pascapanen kedelai yang baik dapat dilakukan dengan pendekatan Good handling practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP). Diharapkan dengan adanya penanganan pascapanen kedelai yang baik dan benar akan menekan susut hasil dan mempertahankan mutu/kualitas hasil kedelai.
Ditulis Oleh: Betty Mailina, Tri Kusnanto dan Jamhari Hadipurwanta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar