Jumat, 27 Mei 2016

MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAS PADA TANAMAN PADI
Sumber Gambar: Dokumentasi BPP

PENDAHULUAN
Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan produksi pada pertanaman padi gogo dan sekarang sudah menjadi kendala serius pada padi sawah. Penyakit blas akhir-akhir ini juga dilaporkan menginfeksi varietas-varietas unggul baru menjelang panen dan berpotensi secara nyata menurunkan hasil padi dalam skala nasional. Penyakit ini menginfeksi pada semua stadia pertumbuhan tanaman yaitu daun, buku, kelopak daun, leher malai dan gabah. Kehilangan hasil akibat penyakit ini mencapai 70%, bahkan gagal panen.
PERKEMBANGAN PENYAKIT BLAS
• Inang utama penyakit blas adalah padi, sedangkan inang alternatifnya adalah rerumputan dan jagung untuk mempertahankan hidupnya. Miselia patogen tersebut dapat bertahan selama setahun pada jerami sisa-sisa panen.
• Pada temperatur 24°C - 28°C an kelembaban 90 % adalah kondisi optimum untuk berkembangnya penyakit blas.
• Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
• Penanaman dengan jarak tanam yang rapat serta pemupukan nitrogen yang tinggi tanpa menggunakan kalium menciptakan iklim yang kondusif untuk berkembangnya penyakit blas pada leher malai
• Banyak embun pada saat awal berbunga, baik malam, pagi, dan siang hari sangat berpotensi berkembangnya blas leher.
GEJALA PENYAKIT BLAS
• Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai dan gabah, tetapi umumnya adalah pada daun dan leher malai.
• Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.
• Gejala pada leher malai adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.
• Serangan pada daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif yang menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga.
• Serangan pada leher malai dapat menurunkan hasil sampai 70 % karena leher malai busuk dan patah sehingga pengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa.
STRATEGI PENGENDALIAN
Dengan memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit blas memberi petunjuk untuk melakukan langkah-langkah yang tepat cara pengendaliannya.
A. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
Penanaman Benih Sehat
• Pengendalian penyakit blas lebih efektif apabila dilakukan sedini mugkin. Mengingat penyakit blas dapat tertular melalui benih, maka benih yang terinfeksi tidak dianjurkan untuk ditanam.
• Untuk mencegah penularan melalui benih, sebelum benih disemai perlu dilakukan pengobatan dengan fungisida sistemik seperti fungisidaTrycyclazole dengan dosis 3 – 5 gr/kg benih, dilakukan dengan cara perendaman atau pelapisan benih.
• Dengan cara perendaman, benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam dan diaduk merata setiap 6 jam sekali. Perbandingan benih dengan air 1 : 2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida. Kemudian benih dianginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai benih tersebut siap disemai.
• Selain dengan perendaman, cara yang lebih efektif dapat dilakukan dengan cara pelapisa, yaitu pertama-tama benih dibasahi dengan cara direndam dalam air beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis 3 – 5 gr/kg benih dikocok sampai merata, lalu dikeringanginkan, selanjutnya siap disemai.
Cara Tanam
• Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau dengan system tanam jejer legowo dan pengairan berselang dapat menekan perkembangan penyakit blas.
• Pertanaman yang terlalu rapat menciptakan suhu, kelembaban dan aerasi yang menguntungkan bagi perkembangan penyakit blas.
• Pertanaman yang rapat akan mempermudah terjadinya infeksi dan penularan melalui gesekan antar daun.
Pemupukan
• Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit blas.
• Sebaliknya dengan pupuk kalium menjadikan tanaman lebih tahan terhadap penyakit blas.
• Penggunaan pupuk nitrogen, phospat dan kalium secara berimbang atau sesuai kebutuhan tanaman, tanaman menjadi sehat, sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produktivitas yang tinggi.
• Oleh karenanya pemupukan N (Urea) dianjurkan dengan indikator bagan warna daun (BWD), P (SP-36) dan K (KCl) berdasarkan status hara tanah dengan meng gunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS).
B. PENANAMAN VARIETAS TAHAN
• Penggunaan varietas tahan merupakan cara yang efektif, murah dan ramah lingkungan untuk mengendalikan penyakit blas.
• Varietas padi yang tahan terhadap penyakit blas antara lain Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, Inpago 8, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 7.
• Akan tetapi tidak dianjurkan menanam varietas tahan penyakit secara terus menerus sepanjang tahun, maka harus dilakukan bergiliran varietas, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras blas yang baru yang dapat mematahkan ketahanan varietas padi.
C. PENGGUNAAN FUNGISIDA
• Perlakuan benih dengan fungisida sistemik mampu melindungi bibit dari serangan penyakit blas sampai pada umur 30 hari setelah tanam, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan.
• Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga.
• Beberapa fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit blas, disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Fungisida untuk mengendalikan penyakit blas.
Nama Bahan Aktif Nama Dagang Dosis/Ha Volume Semprot/Ha
Isoprotiolane Fujiwan 400 EC 1 liter 400-500 liter
Trisiklazol Dennis 75 WP, BLASt 200 SC, Filia 525 SE 1 liter/kg 400-500 liter
Kasugamycin Kasumiron 25 WP 1 kg 400-500 liter
Thiophanatemethyl Topsin 70 WP 1 kg 400-500 liter
Difenocona zol Scor 250 EC 0,5 liter 400-500 liter
D. PENCEGAHAN
• Sanitasi Lingkungan.
Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa-sisa tanaman, maka dianjurkan untuk melaksanakan sanitasi lingkungan dan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang menjadi inang dan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi.
• Penggunaan Jerami Sebagai Kompos.
Jamur P. grisea dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman padi atau jerami dan benih/gabah dari pertanaman sebelumnya, sehingga sumber penyakit selalu tersedia dari musim ke musim. Penggunaan jerami sebagai kompos atau pembernaman jerami kedalam tanah dapat menyebabkan miselia dan spora mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi.
MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DENGAN CARA TANAM SISTEM JEJER LEGOWO
Sumber Gambar: dokumentasi bpp

PENDAHULUAN
Berbagai upaya dapat dilakukan petani untuk meningkatkan produksi padi antara lain dengan pemakaian benih unggul, pemupukan berimbang, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, serta pengaturan sistim tanam.
Sistem tanam yang sekarang sedang dan telah berkembang adalah jejer legowo. Sistim tanam jejer legowo merupakan pola bertanam yang berselang seling antara dua atau lebih (disarankan dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris kosong. Istilah legowo berasal dari kata "lego" yang berarti luas, dan "dowo" yang artinya memanjang. Sistem tanam ini pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Legowo di daerah Banjarnegara jawa Tengah
Teknologi sistem tanam jejer legowo merupakan teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan, sehingga jumlah populasi dalam barisan bertambah.. Selain itu jarak tanam antar barisan lebih lebar, sehingga rumpun padi dalam barisan seolah-olah berada pada bagian pinggir. Pada prinsipnya cara tanam sistem legowo adalah meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam. Semakin banyak jumlah populasi tanaman per satuan luas pada batas tertentu produksinya akan semakin tinggi
Selain itu juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi berada pada tanaman pinggir. Hasil penelitian menunjukan bahwa rumpun tanaman padi yang berada dalam barisan pinggir hasilnya 1,5-2 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan dengan rumpun yang berada di bagian dalam.
Penerapan sistem legowo disarankan menggunakan jarak tanam agak lebar, misalnya jarak antar baris 25 cm, dalam baris 12,5 cm dan lebar lorong 50 cm atau ditulis (25X12,5X50) cm.

TIPE SISTEM TANAM JEJER LEGOWO
Ada beberapa sistem tanam jejer legowo :
1 Jejer legowo 2:1, setiap 2 (dua) baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan. Dengan sistim ini jumlah populasi tanaman akan meningkat 33,31% dibanding sistim jejer tegelnya.

2 Jajar legowo 4:1, setiap 4 (empat) baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak antar barisan.
Jejer legowo 4: 1 dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
• Jejer legowo 4:1 tipe 1,
• Sistem tanam legowo 4: 1 yang seluruh barisan tanaman mendapat sisipan tanaman. Tipe ini cocok diterapkan pada lahan yang kurang subur. Dengan sistim ini jumlah populasi tanaman akan meningkat 60% dibanding sistim jejer tegelnya.

• Sistem tanam legowo 4: 1 yang hanya memberikan sisipan tanaman pada barisan tanaman pinggir. Tipe ini cocok diterapkan pada lahan yang subur. Dengan sistim ini jumlah populasi tanaman akan meningkat 6,67% dibanding sistim jejer tegelnya.

TUJUAN SISTEM JEJER LEGOWO
Tujuan menanam dengan sitem jejer legowo :
1. Sinar matahari yang masuk dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh tanaman dalam proses fotosintesis, sehingga akan diperoleh bobot bulir gabah yang lebih berat.
2. Serangan hama tikus dapat dikurangi, karena lahan lebih terbuka dan terang.
3. Mengurangi kelembaban lingkungan di sekitar tanaman, sehingga dapat mengurangi serangan penyakit.
4. Memudahkan pemeliharaan tanaman seperti melakukan pemupukan, pengendalian hama dan penyakit
5. Menambah Jumlah populasi tanaman
KEUNTUNGAN JEJER LEGOWO
Keuntungan menggunakan sistem tanam jejer legowo :
1. Semua tanaman seolah-olah terletak pada barisan pinggir (untuk legowo 2:1)
2. Jumlah populasi meningkat sampai 60 %
3. Meningkatkan produktivitas padi 10-20 %
4. Memudahkan pemeliharan tanaman
5. Dapat ditumpangsari dengan ikan, sehingga dapat menambah pendapatan usahatani.
Budidaya Buah Naga
Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika

Buah naga atau dragon fruit, juga dikenal sebagai apel kaktus,pitaya dan pitahaya. Tanaman ini termasuk dalam keluarga kaktus (Cactaceae) yang berasal dari kawasan Meksiko, Amerika.

Secara umum ada empat jenis buah naga yang dibudidayakan,yaitu :
1. Kulit merah, daging buah putih (Hylocereus undatus)
2. Kulit merah, daging buah merah (Hylocereus polyrhizus)
3. Kulit merah, daging buah super merah (Hylocereus costaricensis)
4. Kulit kuning, daging buah putih (Selenicereus megalanthus)

Dari keempat jenis tersebut, yang paling banyak dibudidayakan secara komersial adalah yang berkulit merah, daging buah merah dan kulit merah, daging buah putih.

Buah naga memiliki rasa yang enak, manis, sedikit asam,dapat dikonsumsi sebagai buah segar, maupun diolah, serta sebagai campuran makanan dan minuman lainnya. Secara umum, kandungan nutrisi dari 100 gr buah naga adalah : air 80-90%, karbohidrat 11,50 gr, protein 0,53 gr, lemak 0,40 gr, serat 0,71 gr, calsium 134,50 mg, fosfor 8,70 mg, vitamin C 9,40 mg. Untuk jenis yang berdaging buah merah, mengandung beta carotene, anthocyanin yang berfungsi sebagai antioksidan.

Manfaat buah naga sangat banyak, seperti penyeimbang kadar gula darah, membersihkan darah, menguatkan ginjal, menyehatkan lever, menguatkan daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata, mengurangi panas dalam, menstabilkan tekanan darah, mengurangi keputihan, mengurangi kolesterol, mencegah kanker usus, memperlancar faces (BAB), serta untuk perawatan kecantikan.

Tanaman buah naga ini tumbuh merambat dengan batang berbentuk segi tiga dan pada bagian pinggirnya terdapat duri-duri. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah kering dan berpasir, namun lebih disukai pada tanah dengan kandungan bahan organik cukup tinggi. Tanaman buah naga menghendaki suhu rata-rata 20-300C, dengan suhu maksimum adalah 38-400C, serta curah hujan 500-1500 mm/tahun. Daerah yang berada di ketinggian hingga 800 m di atas permukaan laut, dengan penyinaran matahari yang cukup, sangat cocok untuk budidaya buah naga. Tanah harus beraerase baik serta derajat keasamaan (pH) 6,5-7.

Tanaman buah naga dapat diperbanyak dengan biji atau stek. Tanaman yang berasal dari biji, umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat berproduksi. Teknik perbanyakan dengan stek lebih umum dipilih oleh petani. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan waktu untuk dapat berproduksinya relatif lebih cepat. Stek dapat diperoleh dari cabang-cabang tanaman yang lebih tua, sehat, berwarna hijau tua. Potongan stek dengan panjang 20-30 cm terlebih dahulu disemai pada bedeng perbenihan atau pada polibag yang telah berisi media tumbuh. Perawatan seperti pemupukan, penyiraman, serta pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan agar diperoleh benih yang sehat. Setelah benih mempunyai perakaran yang kuat dan tunas telah tumbuh dengan baik (tinggi ± 50 cm), benih sudah dapat ditanam di kebun.

Tanaman buah naga membutuhkan tiang sebagai media panjatnya. Tiang yang digunakan harus kuat dan tahan lama, dapat berupa tanaman hidup (seperti kedondong pagar), kayu yang sangat keras (kayu ulin/kayu besi), serta dari beton. Pada pertanaman buah naga komersial, tiang beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm, tinggi sekitar 22,5 m sudah dapat digunakan. Tiang panjatan ditanamkan sedalam ± 50 cm. Pada bagian atas atau ujung tiang, dipasang suatu lingkaran dengan diameter 40 – 50cm, dapat terbuat dari besi yang berfungsi untuk menahan cabang-cabang.

Jarak tanam yang digunakan 2 – 3 m x 2,5 – 4 m. Untuk penanaman dengan sistem tunggal, pada setiap tiang ditanamkan 4 batang benih. Sedangkan untuk sistem penanaman jarak rapat (double row), di antara tiang (dalam barisan), dapat ditanamkan dua baris tanaman dengan jarak 30 cm. Dalam sistem ini, pada bagian atas dari tiang panjatan, perlu dipasang 2 buah besi yang dihubungkan dengan tiang lainnya. Pada lubang tanam, terlebih dahulu diberi pupuk kandang sebanyak 10 – 15 kg. Apabila pH tanah di bawah 6,5 perlu ditambahkan dolomit.
Perawatan dan pengelolaan tanaman perlu dilakukan dengan baik, seperti pemupukan, pengairan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit.

Pemupukan sebainya dilakukan berdasarkan kondisi kesuburan tanah, umur, serta fase perkembangan tanaman. Selama fase vegetatif, dapat diberikan pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 50 – 100 gr per tiang (4 tanaman), dengan interval 4 – 5 minggu. Setelah tanaman mulai berbunga, dilakukan penambahan pupuk dengan kandungan P dan K yang lebih tinggi, serta unsur mikro. Pemberian pupuk kandang dapat dilakukan dengan interval 4 – 6 bulan, sebanyak 10 – 15 kg per tiang.

Hama yang sering menyerang tanaman buah naga antara lain kutu sisik (Pseudococcus sp.), kutu perisai Aonidiella aurantii (Maskell), semut merah dan aphid. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida kontak ataupun sistemik.

Penyakit yang banyak ditemukan pada tanaman buah naga adalah penyakit busuk batang yang disebabkan oleh cendawan Fusarium spp, Sclerotium sp, Antraknose, dan lain-lain. Bercak pada batang yang disebabkan cendawan Collelotrichum sp juga sering ditemukan. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida dan bakterisida.

Sebagian tanaman buah naga yang terserang busuk batang sering didahului oleh perkembangan populasi kutu sisik yang cukup banyak pada bagian batang tanaman. Hama lain yang juga dapat memicu timbulnya penyakit busuk batang adalah semut merah Formica ruva.

Tanaman buah naga memasuk fase generatif pada umur 8 – 10 bulan, ditandai dengan munculnya kuncup bunga pada percabangan. Dari kuncup bunga yang baru muncul bunga hingga mekar,membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman (terutama bagi jenis yang mempunyai kepala putik relatif panjang), sangat dianjurkan membantu penyerbukannya pada saat bunga mekar (malam hari). Dari bunga mekar hingga buah masak (panen) membutuhkan waktu sekitar satu bulan.
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS MENGGUNAKAN MIKROORGANISME LOKAL(MOL)
Sumber Gambar: menanam_tanaman.blogsnot.com

Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia di suatu daerah. Larutan MOL mengandung unsur mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan,dan juga agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer pupuk hayati dan sebagai pestisida organik, terutama sebagai fungisida.
Larutan Mol dibuat sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan limbah dari rumah tangga atau tanaman disekitar lingkungan,misalnya sisa-sisa tanaman seperti bonggol pisang, gedebong pisang,buah nanas, jerami padi,sisa sayuran, nasi basi, dan lain-lain.

Cara Pembuatan Mol
Bahan utama dalam larutan Mol adalah :
1. Karbohidrat : air cucian beras, nasi bekas, singkong,kentang dan gandum
2. Glukosa : cairan gula merah, cairan gula pasir, air kelapa/nira
3. Sumber bakteri :keong mas, buah-buahan misalnya tomat,pepaya,dan kotoran hewan

Beberapa cara pembiakan MOL yang mudah dibuat, yaitu :
1. Menggunakan air rebusan kedelai (air rebusan kedelai ± 10 liter ditambahkan gula merah ¼ kg)
2. Menggunakan air kelapa (air kelapa ± 10 liter, gula merah ¼ kg, buah-buahan busuk secukupnya
3. Menggunakan batang pisang (air kelapa ± 10 liter, gula merah ¼ kg kg, batang pisang 0,5 cm)
4. Menggunakan kotoran hewan (kotoran hewan(sapi,kerbau) ± 10 liter, gula merah ½ kg, dedak/ bekatul 5 kg, air kelapa secukupnya (untuk mengaduk sampai basah))
Cara Membuat Starter/Bio

Bahan-bahan yang digunakan :
1. Nasi (tidak basi) jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
2. Jamur (berwarna putih tipis menempel di kulit kayu/batang kelapa/bambu/ranting bambu dll)
jumlah disesuaikan dengan kebutuhan
3. Besek (terbuat dari bambu) jumlah disesuaikan dengan kebutuhan
4. Air jumlahnya disesuaikan kebutuhan
5. Gula merah 2 biji untuk pembuatan 1 toples
6. Sak/karung goni secukupnya

Cara Membuat :
1. Masukan nasi dalam besek, lalu taruh jamur di atasnya, kemudian tutup menggunakan karung goni yang sudah dibasahi dengan air untuk menjaga kelembaban. Pembuatan pertama kali, waktu pembuatan didiamkan selama 3 hari 3 malam. Apabila besek dan jamur mau digunakan untuk membuat lagi, terlebih dahulu besek dicuci dan jamur dibasahi. Waktunya cukup 2 hari 2 malam.
2. Bila diatas nasi sudah kelihatan jamur putih seperti jamur yang ada pada tempe,karung goni diangkat, kemudian jamur diambil.
3. Jamur masukkan dalam toples ukuran 2 liter lalu tambahkan gula merah 2 biji yang sudah dipotong-potong.
4. Masukkan air sampai rata dengan nasi. Untuk nasi dan air paling banyak sebatas toples dan ditutup rapat.
5. Ciri-ciri starter jadi,nasi terapung dan setelah 5 hari toples dibuka baunya seperti air tape,dan siap digunakan untuk membuat kompos.

Cara Membuat Pupuk Kompos Menggunakan MOL
Bahan –bahan yang digunakan
1. Kotoran hewan, jerami, dedaunan, batang pisang, batang jagung, sampah pekarangan, sekam, serbuk gergaji, bahan lainnya kecuali plastik.
2. Gula merah ¼ kg untuk starter / MOL sebanyak 2 liter
3. Starter/MOL 1 toples/2 liter untuk membuat 2 ton kompos
4. Air
5. Dedak
6. Cangkul /garpu
7. Bak / ember
8. Daun pisang
9. Plastik /terpal tambak
Cara Membuat :
1. Larutkan gula merah dan air
2. Mol/starter dijadikan satu dengan larutan gula, tambah air biasa dengan perbandingan (1:15) l lalu diaduk sampai rata dalam bak.
3. Batang pisang dan batang jagung dicacah, lalu ratakan bahan organik di atas tanah setinggi kurang lebih 20 cm (dalam keadaan lembab)
4. Selanjutnya mol/starter, taburkan/percikan sampai rata, lalu taburi dedak / serbuk gergaji.
5. Berikutnya ratakan bahan organik diatasnya setinggi 20 cm, lalu ditaburi/diperciki mol sampai rata, lalu dedak ditaburkan diatasnya, begitu seterusnya
6. Selanjutnya ditutup pakai daun pisang kalo ada, kemudian ditutup pakai plastik/ terpal tambak.
7. Setelah 1 minggu lakukan pembalikan/pengadukan. Minggu kedua aduk lagi. Bila perlu pengadukan 1 dan 2 bisa ditambah starter/mol. Minggu ketiga aduk lagi ru perlu ditutup, ditaruh ditempat yang teduh (tidak kena hujan) selama 1 minggu, dan kompos sudah siap aplikasi.
Teknologi Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)
Sumber Gambar: Cybex.pertanian.go.id

Pupuk kimia berperan penting dalam memacu peningkatan produktivitas baik pada tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Namun demikian bila digunakan secara terus menerus dapat menyebabkan tanah miskin unsur hara. Untuk meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah salah satunya dengan cara memanfaatkan penggunaan Mol. Mol adalah larutan hasil fermentasi yang bahan dasarnya dari berbagai sumber yang mengandung unsur hara mikro, makro , bakteri perombak bahan oyangrganik, perangsang pertumbuhan dan agen pengendali hama dan penyakit.
Keunggulan utama penggunaan MOL: sederhana, waktu yang diperlukan singkat, murah, ramah lingkungan, memperbaiki kualitas tanah dan hasil panen serta produk pertanian aman dikonsumsi.
Pross pembuatan MOL, bahan: berenuk 5 buah, 30 liter air beras dan 20 liter air kencing sapi. Cara pembuatan: haluskan buah berenuk lalu masukkan dalam drum, campurkan dengan 30 liter air beras dan 20 liter air kencing dan aduk rata lalu tutup rapat dengan plastik, kemudian masukkan slang plastik dan sambungka ke dalam botol plastik yang telah diisi air tawar. Biarkan selama 15 hari.
JERAMI PADI SUMBER UNSUR HARA KALIUM (K)
Sumber Gambar: Dokumen pribadi

Lahan yang ditanami padi secara terus menerus tanpa mengembalikan jerami yang dipanen, menyebabkan sebagian besar lahan sawahnya memiliki kadar bahan organik sangat rendah (C-organik < 2 %). Kadar bahan organik berkorelasi positif dengan produktivitas lahan, makin rendah kadar bahan organik maka makin rendah produktivitas lahan. Tanah-tanah yang miskin akan bahan organik, maka akan berkurang daya sanggah terhadap pupuk, sehingga efisiensi pupuk anorganik berkurang karena sebagian besar hilang dari lingkungan perakaran.
Mengingat pentingnya peranan bahan organik dalam meningkatkan kesuburan tanah, jerami perlu dikembalikan ke lahan dengan cara dikomposkan terlebih dahulu. Pembakaran jerami yang sering dilakukan oleh petani harus dihindari, karena akan menyebabkan kandungan hara akan hilang, diantaranya hara C akan berkurang 94 %, N 91 %, P 45 %, K 75 %, S 70 %, Ca 30 % dan Mg 20 % dari total kandungan hara yang ada di dalam jerami. Sebaliknya apabila jerami yang masih segar langsung dikembalikan ke lahan, maka akan menghambat pertumbuhan tanaman karena adanya persaingan pengambilan hara antara tanaman dengan mikroba perombak bahan organik, selain itu juga akan mengganggu lingkungan karena akan membentuk gas metana serta asam-asam organik.
Apabila dihitung dalam hektare, sumbangan hara dari jerami setara dengan 170 kg unsur K, 160 kg unsur Mg, 200 kg unsur Si dan 1,7 ton C organik/ha. Meskipun kadar hara dalam kompos jerami relatif rendah, namun peranannya terhadap kesuburan kimia tanah jauh melebihi pupuk kimia buatan. Peranan kompos jerami terhadap kesuburan kimia tanah adalah 1). Sebagai penyedia hara makro (N,P,K, Ca, Mg dan S), 2). Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan 3). Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam beracun seperti Al, Fe dan Mn sehingga tidak meracuni tanah.
Ditulis Ulang Oleh:Edwin Herdiansyah dan Trikusnanto
Sumber:Balittanah
PENGENALAN MESIN PANEN PADI INDO COMBINE HARVESTER
Sumber Gambar: Dokumen pribadi

Pada saat ini padi merupakan salah satu makanan pokok berupa beras Bagi sebagian besar Masyarakat di Indonesia. Petani dalam melakukan budidaya padi biasanya menerapkan pola tanam serentak, sehingga saat melakukan pemanenan membutuhkan banyak tenaga kerja agar panen dapat dilakukan dengan tepat waktu.
Pada daerah-daerah tertentu yang tenaga kerjanya sedikit, tentu saja dalam melaksanakan pemanenan akan menghadapi kendala yang sangat besar. Biasanya petani saat melakukan pemanenan padi menggunakan alat seperti ani-ani, sabit dan mesin perontok atau dengan cara digebot. Cara ini memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak dan kehilangaan hasil yang ditimbulakan juga besar. Selain itu juga tenaga kerja yang digunakan kebanyakan telah lanjut usia, karena banyak tenaga kerja muda enggan bekerja di sawah, mereka lebih memilih bekerja menjadi buruh di perusahaan-perusahaan industri.
Untuk mengatasi masyalah ini, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) menciptakan alat mesin panen Combine Harvester yang dirancang untuk memanen padi secara cepat dalam hamparan yang luas serta dapat menekan kehilangan hasil di lapangan.
Berikut ini akan diuraikan spesifikasi dari mesin Indo Combine Harvester :
Tipe : Mini Combine, Riding Type Model : - Dimensi mesin Panjang : 4000 mm Dimensi mesin Lebar : 1650 mm Dimensi mesinTinggi : 1900 mm Total Berat : 1680 kg Motor penggerak Jenis : Single cylinder, direct injection Motor penggerak Daya : 17,15 (23) kW (HP) Motor penggerak Kecepatan Putaran motor penggerak : 2200 rpm Motor penggerak Jenis Bahan Bakar :Solar Motor penggerak Konsumsi BBM (max) : 2,37 liter/jam Motor penggerak Transmisi : 3 Maju, 1 Mundur Roda Type : Crawler Roda Jumlah : 2 unit Roda Panjang Bidang kontak : 1400 mm Roda Lebar Bidang kontak : 450 mm Unit Pengait Bentuk : Segi Lima Unit Pengait Diamater : 790 mm Unit Pengait Lebar : 1300 mm Unit Pengait Jumlah gigi pengait per baris : 14/14 buah/baris Unit Pengait Panjang : 290 mm Unit Pengait Diameter : 5 mm Unit Pengait Penyesuaian ketinggian : Sistem Hidrolis Unit Pengait Kecepatan Putar pengait : 25 rpm Unit Pemotong Bentuk pisau pemotong : Segi Lima Unit Pemotong Ukuran per mata pisau : - Unit Pemotong Panjang : 75 mm Unit Pemotong Lebar : 80 mm Unit Pemotong Tebal : 6 mm Unit Pemotong Jumlah mata pisau potong : 18 buah
Cara kerja alat :
Memanen padi secara mekanis dalam satu proses, mencakup : pemotongan, pengangkutan, perontokan, pembersihan, sortasi, pengantongan.
Keunggunggulan :
1. Gaya tekan mesin ke permukaan tanah (0,13 kg/cm2) sehingga memperkecil peluang terperosoknya mesin ke dalam tanah;
2. Lebar kerja 1,2 m sehingga cocok untuk petakan sawah yang sempit;
3. Efisiensi penggunaan tenaga kerja, hanya membutuhkan 3 orang per mesin panen;
4. Susut hasil panen 1,87%;
5. Tingkat kebersihan gabah 99,5%.
Ditulis Ulang Oleh:Edwin Herdiansyah dan Dede Rohayana
PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG (BURAS)
Sumber Gambar: Koleksi Kegiatan Kerjasama BPTP Lampung

PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG (BURAS)
Oleh:Suyani, Gohan, Ely

PENDAHULUAN
Salah satu komomditas yang dapat menjadi sumber penujang ekonomi produk khususnya dipedesaan adalah ayam buras. Pemeliharaan ayam buras telah lama dilakukan walaupun baru bersifat ekstensif. Dibeberapa daerah, dimana pemeliharaan ternak dilakukan secara intensif dapat menjadi usaha pokok keluarga.
Permintaan daging unggas yang terus meningkat merupakan peluang bagi para petani untuk mengoptimalkan lahan yang tersedia dan bahan baku sisa limbah pertanian. Kondisi pedesaan relatif kaya limbah pertanian yang jika diolah dengan baik dapat menjadi sumber bahan pakan ternak berkualitas.
PENYEDIAAN BIBIT
Ayam Betina
a) Berat badan 1,2-1,75 kg pada umur 7 bulan sampai 1 tahun.
b) Mata terang dan jernih, kepala halus, muka tidak terlau lebar, jengger dan pial halus.
c) Paruh pendek dan bersih, sayap kuat dan bulu tubuh merata dan mengkilat.
d) Jarak antara tulang pubis sekitar 2-3 jari orang dewasa.
e) Jarak antara tulang dada dan tulang pangul 3-4 jari orang dewasa.
f) Jumlah telurnya banyak
Ayam Jantan
a) Badan kuat, tulang kokoh dan sayap kuat.
b) Berat badan antara 1,5-2,25 kg pada umur 8-12 bulan.
c) Sehat dan bukan keturunan ayam aduan.
d) Bulu mengkilat, mata terang dan jernih.
e) Dada lebar dan kepala tegak.
f) Mempunyai sifat birahi yang tinggi.
 TATA CARA PERKAWINAN AYAM BURAS
Tujuan perkawinan adalah memberikan kesempatan kepada ayam pejantan supaya dapat mengawini betina sehingga memperoleh telur yang fertil.
Sistim perkaawinan pada ternak ayam buras ada beberapa cara di antaranya:
a. Kelompok Tunggal, Seekor pejantan disatukan dengan 5-10 ekor betina. Sistem perkawinan ini sesuai untuk pemeliharaan kandang yang mempunyai umbaran. b. Kelompok Ganda Dua ekor pejantan dikelompokkan dengan 5-15 ekor betina. Sistem ini memungkinkan betina memilih pejantan yang disukai sehinga daya tetas telur menjadi tinggi. C. Sistem giliran Perkawinan antara satu pejantan dengan satu kelompok betina secara giliran. Setiap kali perkawinan hanya melayani 1 betina. Dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 SELEKSI ANAK AYAM
Apabila anak ayam sudah menetas pada hari ke 21, sebaiknya segera dipindahkan dari mesin tetas atau dari induk yang mengeraminya, setelah 95% bulu anak ayam tersebut sudah kering.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih anak ayam adalah : bulu kering dan halus, dubur dan pusar kering (tidak ada yang lengket), sehat
dan keturunan dari ayam yang sehat, tidak cacat, kaki dan jari tidak bengkok dan paruh normal, ukuran badannya cukup, jangan terlalu keil, berdiri dengan tegak.
PERKANDANGAN
Kandang yang Baik Antara Lain :
a. Cukup jauh dari kediaman rumah penghuni
b. Tempat tersebut kering dan bersih, dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya.
c. Bahan kandang : antara lain, bambu, kayu, genting, papan, rumbia.
d. Cukup mendapat sinar matahari pagi, terlindung dari angin kencang dan kuat.
e. Kepadatan kandang :
- Anak ayam + induk : 20 ekor anak/m2 + 1 induk.
- Anak ayam dipisah dalam induk buatan : 25-28 ekor/m2
- Ayam remaja 6 ekor/m2 + satu jantan.
f. Ayam bertelur 6 ekor/m2 + satu jantan.
PEMALIHARAAN ANAK AYAM
Pemeliharaan anak ayam dengan induk buatan mempunyai beberapa keuntungan, antara lain induk dapat bertelur kembali, selain itu anak anyam mempunyai daya hidup yang lebih tinggi.
Induk buatan dapat dibuat berupa kotak sangkar yang digunakan untuk membesarkan anak ayam, dilengakapi alat pemenas, tempat makan dan minum, kemudian dikelilingi dengan pagar pelindung. Ukuran kotak 100 x 100 x 75 Cm alat pemanas cukup dengan lampu 5 watt, untuk 50 ekor anak ayam. Tinggi kaki 25-35 Cm dari lantai. Alas lantai kasa berdiameter 2 cm serta dibawahnya diberi penampung kotoran. Pemeliharaan dapat berlangsung antara dua minggu sampai 1 bulan. Setelah bulu anak ayam tumbuh sempurna, pemanas tidak diperlukan lagi. Hari 1 setelah anak ayam dipindahakan diberi air minum dan makanan. Hari berikutnya berilah ransum untuk anak ayam. Sebelum umur 1 munggu anak ayam harus diberi vaksin ND.


PEMELIHARAAN ANAK AYAM LEPAS SAPIH
Ayam lepas sapih umur ± 2 bulan, berat ± 370 gr. sebelum keluar dari indukan terlebih dahulu divaksin ulang untuk ND, dengan cara suntikan bagian dada, serta diberi obat cacing. dilakukan pemisahan jantan dan betina, yang dipelihara ditempat khusus. Menjelang bertelur ayam dipilih unutk induk dan pejantan. Ayam yang beratnya diatas rata-rata dipelihara terus, sedangkan yang dikurang bisa dijual. Bila anak ayam sudah masuk periode bertelur, dalam kandang perlu disediakan kotak sarang yang diisi jerami atau sekam, sebelumnya ditaburi dulu dengan anti kutu. Bila pengeraman dilakukan oleh mesin tetas, induk yang sudah mau mengeram perlu dimandikan supaya sifat mengeramnya hilang, dan segera bisa bertelur kembali. Telur yang hendak ditetaskan dipisahkan pada tempat khusus, telur yang lainnya segera bisa dijual.
PEMBERIAN PAKAN
Pakan yang diberiakn untuk ayam kampung bermacam-macam, yang penting harus mememuhi kebutuhan, biasanya terdiri dari campuran konsentrat, jagung dan dedak. Jumlah pemberian dapat menggikutu aturan berikut :
Minggu 1 sebanyak : 6 gr/ekor/hari
Minggu 2 sebanyak : 12 gr/ekor/hari
Minggu 3 sebanyak : 18 gr/ekor/hari
Minggu 4 sebanyak : 24gr/ekor/hari
Minggu 5 sebanyak : 30gr/ekor/hari
Minggu 6 sebanyak : 40 gr/ekor/hari
1,5-6 bulan sebanyak : 60 gr/ekor/hari
6 bulan keatas sebanyak : 80 gr/ekor/hari
Sumber bacaan
Budidaya Terpadu Ayam Buras dan ikan (longyam) di lahan pasang surut. 1997. Proyek
Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu (ISDP) Badan Litbang Pertanian Jakarta.
Mari beternak ayam Buras Deptan kusus daerah Ibu Kota Jakarta tahun 1987
penyusun,Suryani,Gohan,Ely
PASCAPANEN KEDELAI
Sumber Gambar: BPTP Lampung

Komoditi Kedelai berperan penting dalam meningkatkan gizi masyarakat, memiliki nilai nutrisi yang tinggi baik sebagai sumber protein dan lemak nabati serta mengandung vitamin B. Oleh karena itu kedelai banyak dimanfaatkan dan diminati sebagai bahan pangan yang dapat dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan pakan dan bahan baku industri olahan. 

Pada saat ini pengelolaan penanganan pascapanen kedelai belum banyak mendapat perhatian, sehingga susut hasil karena susut tercecer masih relatif tinggi. Susut hasil dapat berupa susut massa (susut bobot) maupun susut nilai (susut mutu). Susut bobot merupakan susut hasil yang terjadi akibat tertinggal di lahan waktu panen, tercecer selama pengangkutan, pengeringan, perontokan dan penyimpanan. Sedangkan susut mutu adalah susut nilai akibat kerusakan biomassa hasil pertanian, hal ini dapat disebabkan salah satu diantaranya oleh pemanenan yang tidak tepat waktu.
Pengelolaan penanganan pascapanen kedelai adalah untuk menurunkan susut hasil pada semua tahap proses kegiatan pengelolaan penanganan pascapanen dan menjaga kualitas atau mutu kedelai agar mutu kedelai dapat dipertahankan, sehingga mendapatkan harga jual kedelai dan daya saing yang tinggi.
Penanganan pascapanen kedelai meliputi serangkaian kegiatan yaitu penentuan saat panen, panen, pengeringan, perontokan, pembersihan biji dan penyimpanan biji kedelai.

Panen

Panen merupakan proses yang paling penting dari seluruh rangkaian pengelolaan penanganan pascapanen kedelai, karena akan menentukan kualitas/mutu dan kuantitas/jumlah hasil panen kedelai yang diperoleh.

Penentuan Saat Panen
Panen kedelai hendaknya dilakukan pada saat umur fisiologi maksimal, umur panen yang optimal akan menghasilkan jumlah dan mutu produksi yang cukup tinggi. Penentuan saat panen merupakan tahap awal penanganan pascapanen yang bertujuan untuk menetapkan saat panen kedelai yang tepat. Penentuan saat panen kedelai dapat dilakukan berdasarkan:
a. Deskripsi varietas kedelai,
b. Kenampakan fisik.
Umur panen dapat dilihat secara visual yang ditandai dengan:
1. Daun berwarna kuning dan rontok
2. Sekurang - kurangnya 95 % polong pada batang utama telah berwarna kuning kecoklatan (warna polong masak)
3. Batang sudah kering
4. Kadar air di bawah 25%, dan
5. Kulit polong mudah dikupas.
c. Kadar air.
Pemanenan kedelai dapat dilakukan pada kadar air rendah (17-20%) dan kadar air tinggi (30-40%) yang dapat diukur dengan alat ukur kadar air (moisture tester).

Pemanenan
Pemanenan kedelai dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :
1. Pemanenan menggunakan sabit biasa atau sabit bergerigi. Panen menggunakan sabit dilakukan dengan memotong pangkal batang dan membiarkan akar tertinggal dalam tanah. Pemanenan kedelai dengan memotong pangkal batang dan membiarkan akar tertinggal di lahan (tanah) dapat meningkatkan kesuburan tanah karena Rhizobium tetap tertinggal dalam tanah.
2. Mencabut tanaman (branjangan): Pemanenan kedelai dengan cara dicabut bersama akar tidak disarankan untuk dilakukan, karena akan mengurangi kesuburan tanah serta menambah kotoran pada biji kedelai.

Pengeringan

Pengeringan kedelai bertujuan mengeringkan polong dan mengurangi kandungan air dalam biji melalui proses penguapan air biji kedelai. Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan sinar matahari dan menggunakan mesin pengering. Pengeringan kedelai yang umum dilakukan petani yaitu dengan pengeringan secara alami.
Apabila pemanenan kedelai dilakukan pada kadar air rendah proses penjemuran berlangsung selama 4-6 jam. Sedangkan apabila pemanenan dilakukan pada kadar air tinggi pengeringan dilakukan di ladang selama 1-2 hari sampai kadar air mencapai 25-30%, kemudian diangkut ke rumah petani. Selanjutnya pengeringan di pekarangan petani/kelompok tani selama 2-3 hari sehingga kadar air mencapai 15-17%.
Pengeringan Brangkasan
Tujuan pengeringan brangkasan kedelai adalah untuk mengeringkan polong agar mudah untuk merontokkan bulir kedelai dari dalam polongnya. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara menjemur di sinar matahari atau dapat juga menggunakan mesin pengering(dryer).
Pengeringan Biji Kedelai
Kadar air biji kedelai (17 – 20 %) hasil perontokan masih perlu dikeringkan sampai kadar air aman (13 – 14 %). Pengeringan biji kedelai dilakukan dengan penjemuran di atas lantai jemur maupun mesin pengering(dryer).
Perontokan Kedelai

Perontokan bertujuan melepas biji kedelai dari kulit polongnya. Brangkasan kedelai hasil penjemuran (kadar air 15-17%) biasanya ditumpuk/ditunda selama 3-7 hari di beranda rumah sebelum dilakukan perontokan. Tujuan penundaan (tempering time) adalah untuk menyeragamkan kadar air dan warna biji kedelai. Meskipun demikian dalam musim hujan penundaan yang terlalu lama dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur dan turunnya mutu kedelai.
Perontokan kedelai dapat dilakukan secara manual dengan peralatan sederhana yaitu tongkat pemukul, pedal thresher atau menggunakan mesin perontok.

 Perontokan dengan tongkat pemukul

Tongkat pemukul merupakan alat yang terbuat dari:
a. Cabang pohon sepanjang 2,25 m dengan ujung yang lentur dan dengan atau tanpa lilitan karet bekas ban dalam sepeda sepanjang 40 cm;
b. Rotan sepanjang 2 m dengan ujung dilapisi kayu berukuran 40 cm x 5 cm x 2 cm. Bagian ujung membentuk sudut sekitar 30 derajat akibat sering dipukulkan.

Perontokan dengan pedal thresher

Pedal thresher merupakan alat perontok kedelai dengan konstruksi sederhana dan digerakkan dengan menggunakan tenaga manusia atau tenaga mesin. Kelebihan alat ini dibandingkan dengan tongkat pemukul adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah dioperasikan dan mengurangi susut hasil. Kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam.

Perontokan dengan mesin perontok (Power Thresher)

Mesin perontok merupakan alat perontok kedelai yang digerakkan dengan tenaga mesin. Brangkasan kedelai yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah. Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat bekerja dengan baik.

Perontokan dengan mesin perontok dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Letakkan mesin perontok di muka tumpukan kedelai yang akan diumpankan
b. Pasang tenda plastik di ketiga sisi lain sampai pada ketinggian 2 m. Alas plastik perlu dihamparkan untuk mengumpulkan hasil.
c. Hidupkan motor
d. Lakukan pengumpanan setelah motor dan silinder perontok berputar dengan teratur.
e. Pengumpanan dilakukan oleh 2 orang yang berdiri di muka mesin perontok. Pengumpan yang di kiri bertugas memindahkan bahan dari tumpukan kedelai ke papan pengumpan, sedangkan pengumpan yang di kanan bertugas mengambil kedelai dari papan pengumpan dan melemparkan ke dalam mulut mesin perontok.
f. Besar umpan kira-kira sebesar genggaman tangan. Umpan yang terlalu banyak menyebabkan kemacetan dalam silinder perontok berhenti berputar.
g. Apabila terjadi kemacetan, motor harus segera dimatikan. Penutup silinder dibuka. Batang-batang kedelai diambil sampai bersih. Kemudian, motor dihidupkan lagi.
Pembersihan Biji
Pembersihan biji kedelai setelah perontokan sangatlah penting, sehingga kotoran, biji rusak akibat luka, biji gepeng, atau terlalu kecil dapat disingkirkan. Biji yang berukuran kecil umumnya berasal dari bagian batang yang tingkat perkembangan dan kematangannya kurang sempurna. Dengan melakukan pembersihan yang tepat maka akan diperoleh biji kedelai yang baik. Alat pembersih yang umumnya digunakan adalah tampah, kipas/blower sederhana, dan mesin pembersih (winower)

Penyimpanan Biji Kedelai

Kadar air awal dan bahan kemasan merupakan kombinasi yang baik dalam mempertahankan kadar air dan memperkecil tingkat kerusakan biji selama penyimpanan. Biji kedelai untuk keperluan benih dapat dikemas kedalam kantong plastik kemudian dibungkus ulang dengan karung plastik/goni. Pada kadar air awal 7 - 8% maka dalam penyimpanan selama + 5 bulan tidak mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang berarti, apabila dibandingkan dengan cara penyimpanan yang dimasukkan kedalam karung goni. Disamping itu, benih kedelai yang disimpan pada kadar air biji 9 - 12 % mengalami laju kerusakan lebih kecil dibandingkan dengan yang disimpan pada kadar air awal 16%.

Penanganan pascapanen kedelai meliputi serangkaian kegiatan yaitu panen, pengeringan, perontokan, pembersihan biji, dan penyimpanan biji kedelai. Penanganan pascapanen kedelai yang baik mutlak diperlukan agar dapat dihasilkan biji kedelai yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan. Pada prinsipnya, penanganan panen dan pascapanen kedelai yang baik dapat dilakukan dengan pendekatan Good handling practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP). Diharapkan dengan adanya penanganan pascapanen kedelai yang baik dan benar akan menekan susut hasil dan mempertahankan mutu/kualitas hasil kedelai.
Ditulis Oleh: Betty Mailina, Tri Kusnanto dan Jamhari Hadipurwanta